Pameran Seni Rupa
“Titimangsa”
Kelompok Tu7uh Rupa
Ernawan Prianggodo, Feriendas, Ireng Halimun, M. Hady Santoso, M. Solech, Novandi, dan Yusuf Dwiyono.
Kurator Efix Mulyadi
Rangkaian Acara:
Pembukaan Pameran Kamis, 9 November 2023 pukul 19.00 WIB Hendry CH Bangun (Ketua PWI Pusat)
Artist Talk: Jumat, 10 November 2023 pukul 15.00 WIB
Bersama 7 perupa & Efix Mulyadi (kurator Bentara Budaya) | Moderator: Wawan ABK.
Workshop Papier-Mache (Bubur Kertas) bersama M. Hady Santoso dan Bentara Muda: Sabtu,11 November 2023 pukul 13.00 WIB
Pendaftaran: 081282252401 (Kondang Yana)
Pameran berlangsung: 10-16 November 2023 pukul 10.00-18.00 WIB
"Titimangsa" dapat diartikan sebagai waktu atau masa. Istilah ini kerap digunakan untuk menandai waktu penulisan suatu catatan (naskah).
Dalam budaya Jawa, "titimangsa" sering diasosiasikan dengan momen yang ditandai oleh peristiwa tertentu. Artinya, waktu tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari peristiwa yang berlangsung pada momen itu. Coba kita cermati lebih dalam pengertian waktu dalam kehidupan manusia.
Kelompok Tujuh Rupa menggelar karya mereka di Bentara Budaya Jakarta, 9-16 November 2023. Meski bergabung dalam satu kelompok, masing-masing seniman memiliki tafsir visual yang berbeda soal waktu. Kekhasan tiap seniman memperkaya gagasan dan eksekusi visual pameran ini.
AI (artificial intelligent) atau kecerdasan buatan bermata dua. Mengagumkan, sekaligus mencemaskan. Mengagumkan berkat kemampuannya yang sangat tinggi sebagai penopang kehidupan manusia. Mencemaskan karena kemungkinannya bisa mandiri dan lepas dari kontrol manusia.
Pandangan, persepsi, asumsi, penilaian (dan prasangka) tentang kecerdasan buatan inilah yang sangat mewarnai isi pameran seni rupa “Titi Mangsa” ini.
Kelompok Tu7uh Rupa
Setelah hadirnya kegiatan seni lukis modern di Indonesia, di masa Raden Saleh, diikutilah dengan semangat melukis yang paralel dengan munculnya organisasi seni lukis (seni rupa) di Indonesia, seperti Seniman Indonesia Muda (SIM), Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), Sanggar Bambu, Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia, Himpunan Pelukis Jakarta (Hipta), dan lain-lain. Semangat itu diserap oleh para pelukis (perupa) dengan mendirikan kelompok Taring Padi, Jendela, Sanggar Kamboja, dan Sanggar Garajas, sehingga banyak peseni yang bersemangat mendirikan komunitas seni rupa seperti Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai), Ikatan Pelukis Indonesia (IPI), Koperasi Pelukis Jawa Timur (Koperjati), Komunitas Perupa Napas Seni (KPNS), Perupa Jakarta Raya (Peruja), dan lain-lain.
Di awal 2023 muncul kesepakatan dari 7 pelukis (perupa): Ireng Halimun, Novandi, M Hady Santoso, Feriendas, Ernawan Prianggodo, Yusuf Dwiyono, dan M Solech lalu membentuk organisasi seni rupa yang diberi nama Tu7uh Rupa.
Kelompok TU7UHRUPA tidak semata-mata bertujuan untuk menyakralkan angka 7. Mereka hanya terinspirasi dan memetik hikmah, kehebatan, dan misteri dari angka 7 tersebut. Pada hakikatnya kelompok TU7UHRUPA mengusung kebebasan dalam berkreativitas. Di samping kami mengapresiasi, melestarikan, dan mengembangkan kearifan lokal (local wisdom) yang ada di negeri kita, namun bukan sekadar melakukan peniruan bentuk (mimesis), juga berupaya menafsir objek seni itu lewat kacamata seni dan mengemasnya ke dalam format karya seni rupa yang kekinian (modern). Tujuannya agar kearifan lokal yang menjadi acuan itu diapresiasi oleh generasi kini dan masa depan setelah mereka menikmati karya seni rupa yang diciptakan dengan adanya unsur kebaruan dan kekinian.
Baca juga : "Titimangsa;" Perjumpaan Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan