Pagi itu (23/1) Museum Tumurun Solo tampak dipenuhi orang-orang yang sedang antusias untuk mengikuti workshop “Sketch Like Sudjojono”. Acara ini merupakan bagian dari serangkaian pameran bertajuk “Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung Melalui Goresan S. Sudjojono”. Workshop ini merupakan workshop sketsa yang bertujuan untuk mengenal lebih dekat tentang bagaimana Sudjojono menggambarkan lukisan Sultan Agung dengan detail dan indah. Dikenal sebagai bapak seni kontemporer Indonesia, Sudjojono kemudian memberikan inspirasi bagi seniman lainnya, khususnya dalam hal pembuatan sketsa yang mendetail.
Acara ini dimulai dengan tur museum yang menjelaskan lini masa dari peristiwa Sultan Agung dan lini masa kehidupan Sudjojono itu sendiri. Kemudian dijelaskan bagaimana Sudjojono menggambarkan lukisan Sultan Agung yang besar dan detail. Dijelaskan pula beberapa sketsa dan tulisannya sebagai bukti usaha Sudjojono yang tidak main-main dalam membuat lukisan tersebut.
Usai menyelesaikan tur tersebut, para peserta kemudian memulai workshop-nya. Workshop sketsa kali ini dipandu oleh seorang sketcher profesional, Jevi Alba. Ia merupakan seorang sketcher asli Solo yang mendedikasikan dirinya untuk seni. Jevi mengawali workshop dengan menjelaskan dasar-dasar dari cara mengindrakan imajinasi ke dalam goresan-goresan di kertas. Ia menjelaskan bahwa tiap-tiap orang memiliki ekspresi yang berbeda-beda dalam mengilustrasikan imajinasinya, jadi peserta dibebaskan dalam merespons karya-karya dari Sudjojono.
Peserta tampak antusias dalam menggoreskan hasil imajinasinya terhadap respons karya-karya Sudjojono. Ada yang merespons kembali sketsa Sudjojono, ada yang merespons potret diri Sudjojono, hingga merespons barang-barang milik Sudjojono dan mendeskripsikan semua itu dalam panjang pendek goresan pensil. Peserta yang diberikan waktu dua jam ini kemudian benar-benar memanfaatkan waktu untuk membuat hasil yang terbaik.
Pada akhir workshop, dipilihlah enam peserta dengan hasil terbaik. Tiga teratas mendapatkan buku “Sultan Agung dalam Goresan S. Sudjojono”. Mereka adalah Kayana Nohan, An Tek Kun, Rahma Adanul, Ari Wahyudandi, Dea Amanda, dan Luluk. Salah satu peserta yaitu Nohan merupakan peserta termuda yang masih berusia 13 tahun. Tentunya ini menjadi salah satu apresiasi bagi karya-karya mereka dan bisa menginspirasi peserta lainnya untuk terus berkarya dan belajar. Acara ini kemudian diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi generasi bangsa untuk terus berkarya dan belajar untuk menjadi Sudjojono selanjutnya.