Eksistensi wayang yang sudah mengakar dalam sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia menjadikan wayang menjadi salah satu warisan kebudayaan tak benda asli Indonesia yang diakui oleh UNESCO. Hal ini membuat wayang harus mnejadi satu hal yang patut dijaga dan dilestarikan bersama oleh semua orang. Inilah yang kemudian membuat Nanang Hape, seorang dalang profesional, mulai mencintai dunia perwayangan. Dalam wawancaranya bersama radio Sonora FM berkolaborasi dengan Bentara Budaya (26/11), ia memaparkan tentang dirinya dan profesinya sebagai dalang.
Baginya ini merupakan perannya dalam masyarakat dalam melestarikan seni dan budaya wayang pada generasi penerus. Baginya, wayang memiliki banyak makna yang tersirat dalam berbagai cerita dan epos yang telah mengakar dan tumbuh selama ratusan tahun lamanya. Begitu pula yang dirasakan oleh keluarga Nanang Hape merespon pilihannya dalam menekuni dunia perwayangan. Walaupun Nanang diharapkan untuk terjun ke dalam birokrasi macam ayahnya, namun pilihan Nanang tetap dihargai. Bagi keluarganya, apapun yang dipilih oleh Nanang haruslah memiliki nilai kebermanfaatan bagi orang lain. Inilah yang selalu dipegang teguh oleh Nanang.
Terjun dalam dunia perwayangan sejak 1994, Nanang banyak belajar mengenai bagaimana cara mendalang yang baik. Awalnya ia terinspirasi dari dalang lokal hingga akhirnya juga terinspirasi dari dalang-dalang kondang pada masanya, seperti Ki Nartosabdo, Ki Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono, hingga Ki Purba Asmoro. Namun pada prosesnya ia banyak berhubungan dengan banyak orang lintas bidang. Hal ini karena untuk menjadi seorang dalang, ia harus bisa multitasking mengerjakan banyak peran dalam satu waktu.
Dalam satu pementasan misalnya, biasanya akan mengisahkan satu bagian dari epos panjang Ramayana atau Mahabharata. Dalam menceritakan hal itu, maka seorang dalang harus bisa menguasai sekaligus memahami gaya penyampaian yang persuasif bagi para penontonnya. Selain itu, kemampuan untuk bekoordinasi dengan tim sangat diperlukan. Tidak hanya mengatur jalannya cerita wayang, seorang dalang juga menjadi director bagi tim pengrawit dalam mengatur suasana gamelan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat dalam mementaskan cerita wayang butuh persiapan sedemikian rupa. Namun, tetap saja bergantung kepada kompleksitas cerita yang hendak ditampilkan. Semakin kompleks, akan semakin rumit persiapannya. Pernah suatu waktu ia menampilkan pertunjukan wayang bersama tim yang bisa dibilang belum profesional. Namun dengan koordinasi yang baik, mereka bahkan mampu menujukkan satu pementasan yang seru semalaman.
Kali ini, ia berkolaborasi dengan Bentara Budaya membuat satu pameran wayang di Bentara Budaya Jakarta. Dengan mengambil tema Wayang Rupa Kita, Nanang berusaha membuat pameran wayang menjadi satu hal yang bisa dinikmati dengan visual dan imajinasi dari narasi yang kuat. Hal ini akan membuat pengunjung menikmati pamerannya yang berusaha merepresentasikan sifat-sifat manusia dari banyak sisi dalam 17 panel wayang. Selain memamerkan skenario wayang dalam panel, Nanang juga menyajikannya dalam dongen yang ia jelaskan kepada pengunjung. Pameran wayang bisa dinikmati di Bentara Budaya Jakarta pada tanggal 19 November hingga 4 Desember 2021. Bagi Nanang Hape, ini merupakan salah satu kontribusinya dalam turut serta menjaga nilai budaya bangsa melalui wayang dan caranya dalam mengajarkan generasi muda yang antusias terhadap nilai-nilai yang sarat dalam cerita wayang agung, budaya asli Indonesia.