Laboratorium NFT Beri Peluang Seniman Pamerkan Karya ke Panggung Internasional
Oleh
HIDAYAT SALAM
3 Februari 2023 21:57 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran di laboratorium non-fungible token atau NFT dapat meningkatkan literasi digital para seniman sehingga mereka lebih mudah memamerkan karya seni hingga ke tingkat internasional. Platform NFT telah menumbuhkan ruang ekonomi baru di bidangnya, baik bagi pelaku seni maupun pelaku bisnis lain.
Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Danton Sihombing dalam peresmian Laboratorium NFT Bentara Budaya Powered by Astra sekaligus pameran berjudul ”Meta Art: Merayakan Seni Digital” di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Jumat (3/2/2023), mengatakan, kehadiran laboratorium NFT dapat meningkatkan literasi digital, khususnya bagi kalangan seniman dan desainer Indonesia. Mereka dapat menunjukkan kreativitas seni hingga ke ranah global.
Menurut dia, menghidupkan karya NFT bisa dilakukan melalui dua elemen penting, yakni komunitas dan utilitas. Kehadiran komunitas memunculkan paradigma yang baru, yakni cara baru untuk membangun sumber daya manusia. Sementara untuk utilitas berarti terdapat manfaat pendidikan yang dibagikan ke peserta.
Lewat pembelajaran di laboratorium NFT itu, para seniman akan lebih mudah untuk memamerkan karya seni mereka ke tingkat internasional lalu menjualnya ke kolektor luar negeri. Mereka dapat mendapatkan royalti di setiap transaksi di platform NFT.
”Saya pikir ini inisiatif yang luar biasa dengan kehadiran laboratorium NFT karena ada aspek penting, yakni pendidikan. Jadi, ada sebuah paradigma baru yang bisa disampaikan secara luas,” kata Danton.
Danton menyampaikan, karya NFT sebagai karya yang tidak bisa berdiri sendiri, terutama di marketplace. Karena itu, NFT dapat menumbuhkan ruang ekonomi baru di bidangnya, baik bagi pelaku seni maupun bagi pihak lain.
”Dengan membangun komunitas juga dapat menambah dukungan di dalam kegiatan yang berbasis platform. Siapa saja yang datang bisa berkontribusi untuk melakukan pertukaran nilai pada platform NFT itu,” tuturnya.
General Manager Bentara Budaya dan Communication Management Kompas Gramedia Ilham Khoiri menambahkan, melalui NFT yang berbasis jaringan virtual, para seniman dan desainer semakin berpeluang untuk menembus etalase seni dunia berbasis jaringan virtual tersebut. Para seniman menjadi lebih leluasa untuk memperkenalkan karyanya.
”Ini momentum yang baik bagi para seniman kreatif Indonesia untuk tampil mendunia,” kata Ilham.
Kelas perdana
Kelas perdana Laboratorium NFT telah terselenggara pada Sabtu, 28 Januari 2023, yang diikuti 30 peserta terpilih. Pendaftaran untuk angkatan kedua masih dibuka untuk umum melalui situs www.bentarabudaya.com.
Para peserta telah mendapat pengetahuan dari para ahli di bidang NFT, baik dari kalangan desainer maupun seniman, pakar teknologi, dan praktisi pemasaran digital. Materi yang dibagikan antara lain keterampilan dan pengalaman dalam bidang teknologi blockchain, kontrak pintar, tokenisasi, serta implikasi ekonomi dan hukum dari NFT. Peserta juga diajak mengeksplorasi kreasi media baru untuk NFT, seperti seni digital, barang koleksi, dan gim.
Pendiri Kogi.NFT Kompas Gramedia, Diptraya P Ratulangi, menyampaikan, laboratorium NFT ini diharapkan dapat mencetak serta mempersiapkan seniman Indonesia agar menjadi sumber informasi dan edukasi kepada yang lain. Apalagi, kegiatan ini dapat mendorong percepatan dan adopsi ke era digital berikutnya dengan mengembangkan standar dan praktik terbaik di platform NFT.
”Saya sangat senang dapat memperkenalkan karya digital dari para seniman Indonesia. Semoga pameran ini menjadi sumber inspirasi dan gambaran visi dari langkah meningkatkan literasi digital masyarakat,” tambah Diptraya.
Pameran
Dalam acara peluncuran Laboratorium NFT juga digelar pameran ”Meta Art: Merayakan Seni Digital” yang berlangsung pada 3-7 Februari 2023. Berbagai karya seni digital, NFT, cetak, dan animasi dari Bentara Budaya, Kogi.NFT, dan harian Kompas ditampilkan.
Pengunjung dapat menyaksikan kreativitas seni dan desain dari para seniman. Terdapat lukisan atau gambar di atas kanvas secara konvensional, karya digital di layar kaca (screen), foto, serta animasi bergerak yang diproyeksikan ke dinding.
Salah satu karya yang dipamerkan berjudul ”Reconnection”, kreasi seniman asal Bali, Dewa Gede Raka Jana Nuraga atau lebih dikenal sebagai Rakajana. Karya yang pernah tampil pada halaman muka harian Kompas edisi Senin (27/6/2022) ini menjadi salah satu contoh pegiat seni melihat potensi NFT sebagai peluang baru dalam berkreasi.
Menurut Rakajana, adopsi teknologi NFT ke dalam dunia seni salah satunya berguna untuk mendigitalkan sertifikat keaslian karya seni. Terlebih, kehadiran NFT juga memberikan harapan baru sekaligus memperkaya transaksi karya seni hingga ke pasar global.
”Saya lihat, sebagian besar seniman masih belum menerima informasi NFT secara utuh. Karena itu, kehadiran pelatihan dan pembelajaran ini bisa menambah wawasan dan berbagi informasi kepada seniman agar berkecimpung di platform NFT,” ujarnya.
Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN