Bentara Budaya Bali menggelar pameran bertajuk Retrospeksi, di Gedung Dharma Negara Alaya Art and Creative Hub, Kota Denpasar. Pameran yang digelar mulai Jumat (29/9/2023) sampai Rabu (4/10/2023) ini menjadi sebentuk kilas balik perjalanan Bentara Budaya Bali, yang turut mewarnai khazanah seni dan budaya di Indonesia.
Bentara Budaya sebagai lembaga kebudayaan dari Kompas Gramedia didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 26 September 1982. Setelah di Yogyakarta, Bentara Budaya didirikan di Jakarta pada 1986, kemudian di Solo dengan nama Balai Soedjatmoko pada 2003, dan di Bali pada 9 September 2009.
Sebagai bentuk perayaan menandai 41 tahun kehadiran Bentara Budaya dan 14 tahun Bentara Budaya Bali, pameran Retrospeksi pun digelar. Sejumlah koleksi foto dokumentasi terpilih dari berbagai peristiwa seni budaya yang pernah digelar di Bentara Budaya Bali selama kurun 2009-2020 dipamerkan di situ. Ada pula kliping tentang kegiatan di Bentara Budaya Bali, serta sejumlah lukisan koleksi Bentara Budaya Bali.
Sekitar 21 koleksi lukisan dan tidak kurang dari 20 koleksi foto dokumentasi, serta beberapa hasil karya peserta lokakarya seni Bentara Budaya Bali ditampilkan bersama sejumlah katalog kegiatan seni budaya di Bentara Budaya Bali dalam pameran itu. Pameran Retrospeksi di Gedung Dharma Negara Alaya Art and Creative Hub, Kota Denpasar, pada Jumat itu dibuka Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Wayan Kun Adnyana.
Kun Adnyana mengatakan, kehadiran Bentara Budaya menjadi penyeimbang di tengah gelombang berkesenian. Bentara Budaya juga menjadi ruang publik, yang memberikan ruang bagi beragam seni, sekaligus sebagai ruang bagi seniman untuk menguji kemampuan dan talentanya kepada publik.
Ia menambahkan, keberadaan Bentara Budaya yang terintegrasi dalam lingkungan Kompas Gramedia juga memberikan keuntungan bagi seniman, yang menghadirkan karya-karyanya di ruang Bentara Budaya.
”Kalau biasanya Sabtu berpameran di Bentara Budaya, maka (hari) Minggu depannya ada resensinya secara utuh di harian Kompas,” kata Kun Adnyana menuturkan pengalamannya berpameran di Bentara Budaya.
Rangkaian
Adapun General ManagerBentara Budaya and Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia Ilham Khoiri mengatakan, sejumlah acara digelar sebagai rangkaian perayaan ulang tahun ke-41 Bentara Budaya. Mulai dari pameran bertajuk Lelampah dari Putu Sutawijaya di Bentara Budaya Jakarta, yang dibuka 14 September 2023. Kemudian, pada puncak peringatan ke-41 tahun Bentara Budaya, 26 September 2023, diresmikan Bentara Budaya Art Gallery di Menara Kompas, Jakarta, sekaligus dimulainya pameran koleksi Wajah Manusia Indonesia. Di Yogyakarta, digelar pameran seni lawasan Hermanu Behind Bentara Budaya’s Books mulai 26 September 2023, kemudian di Bali dengan acara pameran Retrospeksi.
PK Ojong juga kerap mendukung seniman Bali untuk berkarya dengan memberikan alat melukis dan tidak jarang membeli karya seniman Bali itu. Tidak sedikit koleksi Bentara Budaya di Jakarta adalah koleksi PK Ojong, yang diperolehnya dari kunjungannya di Bali.
Terkait pameran Retrospeksi Bentara Budaya Bali, Ilham mengungkapkan, Bali sangat lekat dengan kesejarahan Bentara Budaya sejak awal. Semasa hidupnya, PK Ojong, salah satu pendiri Kompas Gramedia, kerap berkunjung ke Bali dan menemui seniman-seniman Bali.
PK Ojong juga kerap mendukung seniman Bali untuk berkarya dengan memberikan alat melukis dan tidak jarang membeli karya seniman Bali itu. Tidak sedikit koleksi Bentara Budaya di Jakarta adalah koleksi PK Ojong, yang diperolehnya dari kunjungannya di Bali.
Selama pandemi Covid-19, kegiatan secara offline di Bentara Budaya Bali berkurang. Sementara itu, gedung pamer Bentara Budaya Bali di Gianyar juga sedang direnovasi.
Koordinator Bentara Budaya Bali Anak Agung Gde Rai Sahadewa mengatakan, Bentara Budaya di Bali tetap berkegiatan selama pandemi Covid-19 meskipun kegiatannya lebih banyak digelar secara di dalam jaringan (online). Seiring berakhirnya masa pandemi Covid-19, agenda Bentara Budaya Bali kembali dilaksanakan meskipun gedung pamer Bentara Budaya Bali masih direnovasi.
Penyelenggaraan pameran Retrospeksi oleh Bentara Budaya Bali di Gedung DNA Art and Creative Hub, Kota Denpasar, itu pun mendapat apresiasi dari kalangan seniman, budayawan, dan juga figur penting lainnya di Bali. Di antara yang hadir, terdapat pengarang Oka Rusmini, perupa Putu Wirantawan dan Made Sumadiyasa serta Sen Pao, dan pemerhati sosial, yang juga politisi, Putu Suasta.
Sastrawan, yang juga Koordinator Bentara Budaya Bali periode 2010-2019, Warih Wisatsana, menyatakan, penyelenggaraan pameran Retrospeksi oleh Bentara Budaya Bali bukan sekadar nostalgia. Namun, acara itu bermakna lebih dalam.
Senapas judul pameran itu, menurut Warih, pertemuan kembali di Gedung DNA Art and Creative Hub itu juga menjadi ajang perenungan bagi semua sahabat Bentara Budaya untuk memaknai keberadaan Bentara Budaya di Bali sedari 2009.
Kehadiran Bentara Budaya di Bali tidak lepas dari peran kalangan seniman dan budayawan di Bali. Menandai kehadiran Bentara Budaya di Bali tahun 2009, digelar rangkaian pergelaran seni, di antaranya pementasan tari pendet secara kolosal kemudian pameran seni lukis kaca Nagasepaha, yang berpuncak pada peresmian dan pameran bertajuk Refleksi Bambu: Problematika Manusia dan Alam. Dalam perjalanannya kemudian, Bentara Budaya Bali mendapat penghargaan Kerthi Bhuwana Sandhi Nugraha dari Pemprov Bali pada 2019.
Warih juga mengapresiasi transformasi di dalam Kompas Gramedia, yang mengangkat lembaga Bentara Budaya menjadi bagian strategis di Kompas Gramedia, melalui pengangkatan Ilham Khoiri sebagai GM Bentara Budaya and Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia.
Apresiasi juga diungkapkan pemerhati seni Giuseppe ”Pino” Confessa. Menurut dia, kehadiran Bentara Budaya di Bali memberikan makna dan kesempatan sangat besar bagi publik, terutama seniman dan budayawan. Mereka dapat berkumpul dan berdiskusi secara kreatif di Bentara Budaya Bali tentang pemajuan seni budaya dalam suasana nyaman dan santai, sambil menikmati acara seni budaya yang digelar Bentara Budaya.
”Kami pun datang ke Bentara Budaya dengan dasar kesenangan hati untuk berkumpul,” kata Pino.