Bentara Budaya menggelar pameran bertajuk Dua Menguak Seni. Pameran ini dibuka pada Rabu, 1 September 2021 dan berlangsung hingga 27 September 2021 via youtube channel Bentara Budaya.
Efix Mulyadi selaku Kurator Bentara Budaya mengatakan pameran ini digelar untuk memaknai 39 tahun perjalanan Bentara Budaya dalam merawat kesenian. Dimana Bentara Budaya mewadahi beragam ekspresi kesenian, juga merawat koleksi-koleksi benda seni yang kepemilikannya dirintis sejak akhir 1970-an oleh para pendiri Kompas Gramedia, yakni P.K. Ojong serta Jakob Oetama.
"PK Ojong dan Jakob Utama merupakan dua orang yang kokoh mendukung seni budaya. Apalagi diperkuat oleh Jacob Utama yang langsung setuju mendirikan Bentara Budaya Jogja," kata Efix.
Adapun karya-karya yang menjadi koleksi Bentara Budaya terus bertambah dan kini meliputi keramik antik, lukisan kreasi para maestro seni, wayang, hingga patung maupun kriya kayu dari Papua.
Selain sarat dengan nilai estetika, koleksi-koleksi ini pun mengandung muatan historis, arkeologis, hingga antropologis, dan dengan demikian juga dapat merekam setidaknya sebagian dari kekayaan kebudayaan Nusantara.
Dan pada pameran kali ini menghadirkan koleksi Bentara Budaya yang bertajuk Pameran Koleksi Bentara Budaya dan Foto Perintis Dua Menguak Seni.
Pameran ini diniatkan pula sebagai sebuah rangkaian menuju empat dasawarsa Bentara Budaya pada tahun 2022 yang seluruh kegiatannya berangkat dari tema utama “Menghibur yang Papa, Merangkul yang Berdaya.”
Untuk itu, Bentara Budaya telah merancang berbagai kegiatan seni dan edukasi demi menguatkan semangat optimisme sekaligus upaya-upaya adaptasi atas perubahan di masa pandemi, semisal diskusi daring, tayangan feature kreasi para maestro seni, pameran seni, serta lokakarya.
"Terkhusus dalam pameran Koleksi Bentara Budaya kali ini yang dihadirkan lebih dari 30 karya lukisan maestro," katanya.
Karya yang ditampilkan merupakan buah cipta Affandi, Ahmad Sadali, Agus Djaja, Barli, Basuki Resobowo, But Mochtar, Djajeng Asmoro, Dullah, H. Widayat, Gusti Solichin, Hendra Gunawan, Hendro Djasmoro, M. Daryono, Nashar, Otto Djaja, Otto Suastika, Popo Iskandar, Rudolf Bonnet, Rustamadji, S. Sudjojono, Salim, Soedibio, Subanto, Sudarso, Sudjono Abdullah, Trisno Sumardjo, Trubus S, Wahdi, Wardoyo, serta Zaini.
Selain itu ada pula lukisan tradisional Bali kurang lebih 21 karya dari para seniman mumpuni seperti Agung Gede Maregeg, I Gusti Ketut Kobot, Ketut Sudana, I Made Togog, Ida Bagus Made Poleng, Ketut Kasta, I Ketut Nama, Ketut Regig, I Made Gatera, I Gusti Nyoman Lempad, Nyoman Mandera, Nyoman Daging, I Wayan Djudjul, I Wayan Turun, dan Wayan Ketig.
"Dalam kesempatan ini, Bentara Budaya pun mengangkat kembali koleksi-koleksi keramik dan gerabah antik dari berbagai masa yang seluruhnya berjumlah sekitar 35 karya," katanya.
Karya-karya ini berupa celengan gerabah, botol merkuri, guci kuno sampai piring-piring keramik peninggalan berbagai dinasti Tiongkok.
Turut ditampilkan pula sejumlah foto-foto dari pendiri Kompas Gramedia, PK Ojong dan Jakob Oetama yang berasal dari arsip Harian Kompas dan keluarga.
Melalui pameran ini diharapkan publik dapat mengenali lebih dekat kreasi piawai para maestro berikut muatan makna serta latar historis penciptaannya masing-masing.
"Bukan hal yang berlebihan kiranya jika kita menyebutkan bahwa karya-karya koleksi ini, termasuk lukisan-lukisan para maestro, merekam kedalaman pikir para kreatornya yang merespons semangat pada zamannya sehingga apa yang tersaji di atas kanvas dapat menjadi semacam refleksi bagi generasi kini," katanya.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Dr. Hilmar Farid mengatakan Bentara Budaya memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia.
"Banyak kegiatan budaya yang dilakukan oleh seniman, aktivis kebudayaan dan di luar kebudayaan lintas generasi di Bentara Budaya ini. 39 tahun menghadirkan begitu banyak hal dan inovasi untuk memajukan kebudayaan," katanya.
Ia mengatakan apa yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan sebuah statemen tentang kebudayaan.
"Ini bukan hanya sekadar kumpulan karya seniman tapi keselurahan statemen tentang kebudayaan, merawat dengan baik karya seniman kita. Pilihan kurator yang dihadirkan semua punya arti penting yang dijahit menjadi kesatuan hal yang luar biasa," katanya.