BERLANGGANAN
Dapatkan informasi tentang Bentara Budaya langsung ke surelmu. Daftarkan dirimu sekarang!

Kembali ke Video

Made Muliana atau yang biasa dipanggil Made Bayak lahir di Gianyar 1980. Alumni ISI Denpasar. Menggelar sejumlah pameran dan workshop di antaranya Plasticology Cultural Exchange Program Art Presentation and Workshop, Bali and Kagoshima University Japan (2015), ENCOUNTER South East Asia Plus Trienalle at National Gallery of Indonesia Jakarta (2016), Plasticology and Bali Tolak Reklamasi Art Event Presentation at University L’Orientale Naples, Napoli Italia (2016), Festival Archive, Indonesia Visual Art Archive Jogjakarta at Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM Cultural Center Jogjakarta (2017), Bali Welcome to Paradise, Exhibition at Volkenkunde National Museum Leiden, Netherlands (2018), Plasticology Art Project Exhibition and Workshop Session at Pasar Hamburg, Germany (2018), Plasticology Workshop Session at Lyndon House Arts Center Athens GA, US (2019), kuliah umum, Art and Activism in Bali at Melbourne University, Australia (2019), Rainbow Dragon Plasticology Workshop Session at Orchard Grove School, Blackburn, Melbourne, Australia (2019). Menampilkan pertunjukan seni Tire Me as Bali Voice of Voiceless, Happening Art at RMIT Gallery Melbourne, Victoria, Australia (2019), Mengikuti Jogja Biennale 2019. Plasticology adalah gabungan kata plastic dan ecology. Sederhananya, ilmu memanfaatkan limbah plastik. Bayak tergerak untuk memanfaatkan limbah plastik karena ingin kreasi seninya bisa memberikan kontribusi nyata atas persoalan masyarakat. Perpindahan dari medium kanvas ke plastik menuntut dia berpikir terbalik dalam melahirkan karya. Pelukis sekaligus aktivis lingkungan tersebut tergerak untuk menemukan cara agar hobi dan ideologinya benar-benar memberikan sumbangsih nyata atas persoalan masyarakat. Medium berkreasinya yang semula kanvas diganti dengan limbah plastik. Plastik-plastik dikumpulkan, dibentuk menjadi objek tertentu sesuai dengan imajinasi seninya. Melukis dengan medium plastik bukanlah perkara mudah. Namanya limbah, warnanya bermacam-macam. Lengkap dengan gambar maupun tulisan produk kemasan yang juga bervariasi. konsep plasticology pun dikenalkan oleh Bayak kepada publik luas. Sambutan masyarakat atas konsep tersebut sangat tinggi. Banyak orang yang tertarik dan peduli dengan kampanye dari gagasan Bayak itu. Hingga kini, sudah ada puluhan kelas dan workshop tentang plasticology yang dihelat Bayak. Jika dihitung, sudah ada ribuan orang yang menjadi pesertanya. Bayak sudah berkomitmen memberi sebagian waktunya untuk plasticology. Kelas-kelas dilakukan free, tanpa biaya," Selama mengusung Plasticology, Bayak aktif mengumpulkan plastik dari sisa konsumsi keluarganya. Selain itu ia juga mengumpulkan dari beberapa tempat sampah. Sikap Bayak yang peduli dengan lingkungan telah tumbuh sejak mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia, Denpasar. Ia masuk pada 1999. Saat itu masa peralihan Orde Baru menuju Reformasi. Berkat Plasticology, Bayak bisa menggelar pameran di luar negeri. Bayak mendapat kesempatan ke Jerman untuk mengikuti lokakarya dan pameran dalam ajang Pasar Hamburg. (sumber : Folyakbar.Id, Lokanata.id)