BERLANGGANAN
Dapatkan informasi tentang Bentara Budaya langsung ke surelmu. Daftarkan dirimu sekarang!

Kembali ke Video

Sebagaimana program sebelumnya, ‘Komponis Kini #2’ juga menghadirkan dua komposer new gamelan yang masing-masing mempresentasikan buah cipta terkininya berikut komposisi-komposisi klasik karya maestro gamelan Bali. Dua komposer itu adalah I Putu Adi Septa Suweca Putra (Ubud) dan I Putu Gede Sukaryana (Tabanan). Keduanya sempat mengenyam pendidikan di ISI Denpasar. Namun, seperti para seniman Bali umumnya, sesungguhnya sedini usia mereka telah mengalami proses cipta dan pendalaman seni gamelan di banjar-banjar atau sekaa-sekaa (komunitas/grup). Mereka adalah komposer-komposer yang telah mengalami proses cipta yang panjang, kerap diundang mempresentasikan karya-karya atau mendukung pertunjukan terpilih di berbagai kota di dunia; Malaysia, San Fransisco, New York, Brooklyn, dan lain-lain. Komposisi yang diciptakan I Putu Gede Sukaryana mengandung keunikan dan kekhasan tersendiri karena kemampuannya menyerap unsur-unsur musikal India dan mengolahnya menjadi ekspresi yang mempribadi, semisal unsur musik tabla. Adapun I Putu Adi Septa Suweca Putra, sedini awal bergiat di gamelan Cenik Wayah, bahkan ketika memulai terjun mendalami gamelan (umur 11 tahun), ia telah menunjukkan kreativitasnya dan keingintahuan yang tinggi. Tidak heran bila komposisinya belakangan ini menunjukkan semangat pembaharuan serta mengacu pada pertanyaan-pertanyaan filosofi yang mendasar sebagaimana tajuk komposisinya; Lebur Aur, Thunderstrom, atau yang kental dengan warna sosial serta otokritinya, Aku Bukan Sampah. ‘Komponis Kini’ merupakan acara berkala setiap bulannya, dihadirkan juga sebagai “A Tribute to Lotring”, sebentuk penghargaan dan penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal. Lotring adalah sebuah fenomena, seorang seniman pelopor yang memberi sentuhan personal pada keberadaan seni gamelan Bali. Musik bagi warga asal Banjar Tegal – Kuta kelahiran 1887 ini, bukan semata sebuah persembahan untuk memaknai upacara atau ritual-ritual tertentu, melainkan juga sebuah proses penciptaan dan penemuan diri yang menandai hadirnya kemodernan pada masa itu. Semangat pencarian dan penemuan diri Lotring itulah yang diharapkan menjadi spirit program ‘Komponis Kini’ di Bentara Budaya Bali, sekaligus sebuah ajang bagi komponis-komponis new gamelan untuk mengekspresikan capaian-capaian terkininya yang mencerminkan kesungguhan pencarian kreatifnya. Selain menampilkan pertunjukan musik, acara juga akan diperkaya dengan timbang pandang atau dialog bersama para komposer bersangkutan; sebentuk pertanggungjawaban penciptaan. Sebagai kurator adalah I Wayan Gde Yudane, Wayan Sudirana dan Dewa Alit.