Karya Risa Permanadeli
Jumat, 20 Mei 2016, pukul 18.30 WITA
Pustaka Bentara kali ini akan mengkritisi buku bertajuk “Dadi Wong Wadon-Representasi Sosial Perempuan Jawa di Era Modern“ (terbitan Pustaka Ifada). Buku setebal 442 halaman ini, yang mulanya adalah karya disertasi Risa Permanadeli, memaparkan sejumlah problematik sosial yang dihadapi oleh perempuan Jawa, termasuk pula kompleksitas budaya yang hadir sebagai akibat pertemuan arus modern dan pergulatan budaya dari masyarakat Jawa.
Banyak Perempuan Jawa mengenal istilah Feminisme, tetapi mereka adalah feminisme yang terus bergerak dalam senyap, untuk merebut otonomi diri tanpa keluar dari sistem nilai yang selama ini dianggap sebagai penjara. Perempuan Jawa mendobrak tanpa suara, melawan tanpa senjata, mendekonstruksi tanpa berteori dan memenangi pertarungan tanpa membuat pihak yang kalah merasa dikalahkan. Buku ini sejatinya berupaya membahas mengenai kehidupan keseharian dan sistem pemikiran masyarakat Jawa. Sebagai narasumber adalah wartawan senior Kompas, Maria Hartiningsih, peraih Yap Thiam Hien Human Rights Award
Bila yang dikupas dalam buku ini adalah sosok perempuan Jawa, berikut problematikanya, bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan yang melingkupi perempuan dari latar sosial dan kultur yang berbeda, semisal perempuan Minang, Sunda, Papua, atau bahkan perempuan dari belahan bumi Afrika, Eropa dan jazirah Timur Tengah? Sejalan dengan itu, bagaimanakah gerakan penyadaran dan pemberdayaan perempuan di tengah dominasi kemaskulinan, sungguhkah budaya patriarki yang menjadi penghalang utama dari upaya tersebut? Melalui timbang pandang buku ini, diharapkan terbuka satu diskusi yang mencerahkan sekaligus juga menjawab berbagai persoalan dimaksud.
Risa Permanadeli adalah pendiri dan Direktur Pusat Representasi Sosial , Jakarta - Indonesia , sejak tahun 2005. Dia meraih gelar doktor di Psikologi Sosial dari École des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris -France. Penelitian berfokus pada elaborasi pemikiran sosial dalam masyarakat non - Barat, khususnya di Indonesia. Dia mengeksplorasi sosial, sejarah dan budaya sebagai platform dari pemikiran sosial dengan menggunakan perspektif Representasi Sosial untuk mempelajari Modernitas dan modernisasi; Menempatkan dan Peran Perempuan; Power dan Representasi sosial; Budaya perkotaan; Mitologi, Imajiner dan Tradisi Lisan. Dia mengajar di Program Pascasarjana Studi Eropa di Universitas Indonesia , dan dia juga anggota dari Laboratoire Eropa de la Psychologie Sociale, dari Maison des Sciences de l' Homme, Paris -France .
Maria Margaretha Hartiningsih, lahir di Semarang,, 12 November 1954. Ia adalah wartawan Kompas sejak 1984. Tulisan-tulisannya banyak mengangkat perihal wanita, anak-anak, dan kelompok terpinggirkan lainnya, lingkungan , populasi , multikulturalisme dan isu-isu perdamaian terkait , kemiskinan dan dampak dari "pembangunan“. Menjadi narasumber dalam berbagai forum nasional dan internasional mengenai jurnalisme, isu-isu seputar perempuan, perdamaian dan multikulturalisme. Pernah melakukan liputan ke sejumlah negara, seperti Thailand, Kamboja, India, Kashmir, Nepal, dll. Atas dedikasinya pada kemanusiaan, ia meraih Yap Thiam Hien Human Rights Award (2003). Sejumlah penghargaan lain yang sempat diraihnya, antara lain: Swara Sarasvati Award dari Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi (Koalisi Perempuan Indonesia) 2010, Juara 1 untuk artikel Pariwisata (diterbitkan), dari Menteri Pariwisata dan Telekomunikasi (1996), Penghargaan dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (Indonesian Child Welfare Foundation) 1993, Penghargaan Khusus dari Real Estate Indonesia (1991), dll.