Para Penampil:
Sajak Selasa, program berkala Bentara Budaya yang mengapresiasi karya puisi, hadir kembali. Diselenggarakan dalam format daring, acara ini mempertemukan para penulis puisi dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Yogyakarta, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat. Para penampil akan membawakan puisi mereka yang merespons situasi pandemi serta pengharapan untuk pulihnya kembali negeri ini, seluruhnya dirajut dengan tema “Patah Tumbuh, Hilang Berganti.”
Pandemi yang mendera selama hampir dua tahun ini telah memberikan berbagai pengalaman tak terlupakan. Kehilangan, kabar duka, sampai persoalan-persoalan pelik menimpa siapa pun dan di manapun. Situasi yang serba terbatas mendorong kita pada refleksi diri tentang kehadiran manusia dalam lingkungan sekitarnya. Kesadaran ini menghidupkan pengharapan, bahwa dari keadaan yang serba gelap kita akan dapat kembali melihat cahaya. Bahwa apa yang patah, akan tumbuh berganti.
Sajak Selasa digelar untuk membagikan optimisme tersebut. Para penampilnya berasal dari para pecinta sastra serta berbagai komunitas, seperti Bentara Muda, Bengkel Sastra Universitas Sanata Dharma, serta Komunitas Akarpohon (Nusa Tenggara Barat).
Selain para penampil ini, Sajak Selasa juga mengetengahkan bincang kreatif bersama penyair kenamaan, Inggit Putria Marga. Penyair kelahiran Tanjungkarang, Lampung, pada 25 Agustus 1981 ini pernah mendapatkan Anugerah Kebudayaan 2005 sebagai penulis puisi terbaik dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2005). Tahun 2008, tiga sajaknya masuk dalam buku 100 Sajak Terbaik Indonesia Anugerah Sastra Pena Kencana. Tahun 2009, tiga sajaknya termuat pula dalam buku 60 Puisi Terbaik Indonesia 2009 Anugerah Sastra Pena Kencana, Yayasan Pena Kencana Indonesia. Tahun 2010, buku puisinya Penyeret Babi terpilih sebagai 5 besar Anugerah Sastra Khatulistiwa 2010. Buku terkininya Empedu Tanah meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2020.