Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk
melindungi diri dari tombak dan panah musuh dalam peperangan. Pola ukiran pada
perisai melambangkan kejantanan. Senjata ini terbuat dari akar besar pohon
bakau atau kayu yang lunak dan ringan.
Perisai perang suku Asmat masing-masing
memiliki nama yang biasanya diambil dari keluarga yang sudah meninggal. Perisai
ini diturunkan ke generasi selanjutnya dan tidak selalu harus hubungan ayah dan anak.
Perisai juga dipercaya sebagai penjara bagi roh-roh jahat. Ukiran di
perisai dianggap sebagai kekuatan pelindung. Perisai umumnya berbentuk lonjong
dengan bagian bawah lebih melebar. Beberapa bentuk memperlihatkan perisai
dengan siluet kepala di bagian atas.
Bentuk antara lain kepala ikan, kura-kura, geometris, spiral, siku-siku dan
bentuk roh nenek moyang. Bagian tubuh perisai bermotif suluran atau hewan.
Ukuran perisai umumnya melebihi tinggi orang Asmat yang berdiri tegak. Perisai
diberi warna merah oker, putih dan hitam yang biasanya diperoleh dari warna
tanah, tumbuhan atau kulit kayu. Tiga warna
yang selalu digunakan oleh suku Asmat ini
memiliki arti.
Merah melambangkan daging, Putih menggambarkan tulang. Sementara hitam
melambangkan warna kulit dari suku Asmat itu sendiri.
" title="PERISAI">