Pameran seni rupa kali ini menampilkan karya-karya terpilih dari Kelompok Mangurupa, Badung. Merujuk tajuk “Beludru Project: Sustainability Spirit of Art in Bali“, eksibisi kali ini mencoba mengeksplorasi Beludru sebagai medium utama penciptaan. Daerah Badung sendiri dikenal menjadi titik tolak sejarah kesenian yang menggunakan kain beludru sebagai medium, dengan salah satu tokoh pelopornya yakni adalah Ida Bagus Gede (79).
Beludru dan Bali cukup menarik jika ditelisik lebih dalam. Kain beludru boleh dikata selalu hadir di setiap upacara di Bali serta merupakan salah satu medium tradisi semisal untuk ukiran, aksesoris penari dan pendeta, menyimbolkan pula kemewahan dan ketenangan. Berangkat dari upaya eksplorasi medium beludru ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru dalam medan seni rupa kontemporer Bali serta menjadi salah satu strategi gerakan seni kedaerahan yang mampu memberikan penawaran untuk menggerakkan kesadaran masyarakat akan seni rupa Bali saat ini.
Pameran seni rupa kali ini menampilkan karya-karya terpilih dari kelompok Mangurupa, Badung. Merujuk tajuk “Beludru Project: Sustainability Spirit of Art in Bali“, eksibisi kali ini mencoba mengeksplorasi Beludru sebagai medium utama penciptaan. Daerah Badung sendiri dikenal menjadi titik tolak sejarah kesenian yang menggunakan kain beludru sebagai medium, dengan salah satu tokoh pelopornya yakni adalah Ida Bagus Gede (79).
Sudah sejak berabad lampau karya sastra menjadi semacam kanalisasi serta turut menyampaikan pesan sosial dan kemanusiaan, sebagaimana ditulis banyak pengarang besar dunia, seperti Leo Tolstoy, Ernest Hemingway, Dostoyevsky, Albert Camus, Yasunari Kawabata, Haruki Murakami, juga Yukio Mishima. Sedangkan di Indonesia dapat kita temui pada karya-karya Pramoedya Ananta Toer, WS Rendra, Seno Gumira Ajidarma, Martin Aleida, Gerson Poyk, dan lain-lain.
Para pengarang tersebut bukan semata menulis karya sastra sebuah keindahan atau penghiburan bagi pembaca, namun lebih dalam menggambarkan gejolak sosial, politik, hingga peristiwa kemanusiaan. Karya-karya mereka boleh jadi merupakan fiksi, namun berangkat dari kesadaran dan kegelisahan akan kenyataan yang terjadi di sekitar mereka atau realitas sosial pada zamannya.
Segala di dunia ini, mulai dari yang kecil nan halus, yang di dalam diri manusia (mikrokosmos/jagat alit), hingga segala yang terlihat, bisa disentuh, termasuk gugusan benda-benda angkasa (makrokosmos/jagat agung) sesungguhnya saling terhubung satu sama lain. Ilmu fisika lewat nama-nama besar seperti Max Planck, John Wheeler dan David Bohm hingga ahli biologi Vladimir Poponin & Peter Gariaev mengukuhkan kesimpulan itu melalui eksperimen-eksperimen mereka.
Dalam bukunya The Divine Matrix, Gregg Braden menyebutkan, keterhubungan itu terjadi karena adanya medan energi tunggal yang universal, yang di zaman Yunani kuno disebut Ether. Pada tahun 1600-an, Bapak Sains Modern Sir Isaac Newton juga menggunakan kata Ether untuk mendeskripsikan “substansi tak terlihat yang merembesi dan menyelimuti seluruh alam semesta, yang menyebabkan gravitasi dan juga sensasi di dalam tubuh“.
Memaknai peringatan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember, Badan Eksekutif Mahasiswa IKBM Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar menyelenggarakan Lomba Musikalisasi Puisi se-Bali. Lomba yang diselenggarakan di Bentara Budaya Bali ini terbuka bagi bagi siswa SMA/SMK/Sederajat se-Bali.
Adapun lomba ini diniatkan untuk membuka ruang kreativitas dan apresiasi seluasnya bagi generasi muda melalui ragam kesenian kolaboratif yang lintas bidang. Musikalisasi puisi bukan saja mengedepankan unsur-unsur susastra dalam puisi, namun mempertautkan pula seni musik dan pemanggungan atau seni panggung.